Kali ini saya ingin berbagi
cerita tentang program sekolah yang saya presentasikan pada ajang Apresiasi GTK Tahun 2025. Pada tahun 2024 silam, ajang
ini bernama Jambore GTK 2024. Keduanya
merupakan wadah penghargaan bagi guru-guru se-Indonesia yang menginisiasi
program inovatif, transformatif, dan berdedikasi bagi anak didiknya di setiap
sekolah. Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun dengan tajuk yang
berbeda-beda.
Seperti
halnya provinsi lain di Indonesia, Kepulauan Bangka Belitung
juga melaksanakan kegiatan ini melalui Kantor Guru dan Tenaga
Kependidikan (KGTK) Bangka Belitung. Kegiatan tahun ini
berlangsung sangat meriah dan memuaskan para guru dari berbagai kabupaten/kota
yang ikut serta.
Berbeda
dengan tahun 2024, di mana proses penjaringan dilakukan melalui beberapa tahap,
mulai dari seleksi administrasi, penyaringan 10 besar, hingga 5 besar yang
diwawancarai secara luring di salah satu hotel di Pangkalpinang, maka tahun ini
seleksi dilakukan melalui rekomendasi dari pemerintah kabupaten masing-masing
se-Bangka Belitung. Proses presentasi dan wawancara dilakukan secara daring
melalui Zoom Meeting. Tiga peserta
terbaik dari setiap kategori kemudian diundang untuk menerima penghargaan pada
malam puncak, sekaligus diumumkan sebagai peraih peringkat 1, 2, dan 3.
Alhamdulillah, setelah pada tahun 2024 saya mewakili SMP Negeri 8 Toboali, Bangka Selatan, dan meraih Terbaik 1 kategori Guru SMP Inovatif dengan program Talent Week, pada tahun 2025 ini kami
kembali mendapat kehormatan dengan meraih Terbaik
2 kategori Guru Transformatif SMP melalui program SAKTI (Sarana Refleksi dengan Konten Edukasi).
Saya
ingin berbagi bagaimana program ini lahir. Semoga kisah ini dapat menjadi
penyemangat bagi rekan-rekan guru se-Bangka Selatan yang saya yakini memiliki
ide-ide yang lebih kreatif dan transformatif, namun mungkin masih ragu untuk
menampilkannya. Harapan saya, tahun depan akan lebih banyak guru yang tampil,
berbagi praktik baik dan berjuang melalui ajang ini.
Semua
bermula dari Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025
yang mengamanatkan pelaksanaan kokurikuler
di sekolah. Tentu saja, pada awalnya banyak yang bingung. Banyak pertanyaan
muncul: apakah sama dengan pelaksanaan P5 di tahun sebelumnya atau berbeda?
Saat itu kami sudah memiliki program Talent
Week. Lalu muncul pertanyaan, apakah Talent
Week bisa masuk kategori kokurikuler?
Namun,
menurut narasumber pada sosialisasi kokurikuler di sekolah kami, Talent Week lebih tepat dikategorikan
sebagai kegiatan ekstrakurikuler karena sifat
pelaksanaannya. Dalam Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 dijelaskan bahwa
kegiatan kokurikuler dirancang untuk memperkaya materi pembelajaran, dapat
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu,
gerakan “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”,
atau bentuk lainnya. Tujuannya adalah memperkuat kompetensi seperti keimanan,
kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan,
dan komunikasi.
Saya
kemudian diamanatkan oleh kepala sekolah dan rekan-rekan guru sebagai Koordinator Kokurikuler 2025. Dalam hati saya sempat
berkata, “Bagaimana ini? Barang baru ini, bos. Masih bingung juga.”
Saya
pun mempelajari secara mendalam tentang konsep kokurikuler ini. Saya bertanya
kepada kawan-kawan guru yang dulu sama-sama mewakili provinsi ke tingkat
nasional, dari Yogyakarta, Jakarta, hingga Palembang. Saya ingin mencari cara
agar semangat Talent Week tetap hidup
dalam kegiatan kokurikuler. Akhirnya, saya menemukan titik tengah. Dalam Talent Week, ada kelas Konten Kreator, yang ternyata sangat memotivasi siswa
untuk belajar.
Dari
sanalah lahir ide baru: bagaimana jika anak-anak tetap belajar ilmu esensial
seperti Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris melalui kegiatan yang berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan. Dari hasil
diskusi dan referensi itu, saya dapatkan program bernama SAKTI (Sarana Refleksi dengan Konten Edukasi).
Saya
mempresentasikan gagasan ini di depan seluruh warga sekolah. Program SAKTI
disusun sesuai dengan pedoman kokurikuler, dilaksanakan secara blok satu hari setiap minggu, dan melibatkan lintas
disiplin ilmu.
Adapun tahapan kegiatan SAKTI adalah sebagai
berikut:
1. Eksplorasi Materi Konten
Siswa diarahkan untuk membaca buku
atau sumber belajar yang ingin dijadikan konten edukatif. Materi tersebut
divalidasi oleh dua guru di setiap kelas untuk memastikan kelayakan
edukatifnya.
2. Menyusun Skenario Konten
Siswa mendiskusikan konsep konten
agar menarik bagi penonton, kemudian divalidasi oleh guru pendamping.
3. Syuting, Editing, dan Publikasi
ke Akun Media Sosial
Setelah skenario siap, siswa
melakukan proses pembuatan video, pengeditan, dan publikasi di akun media
sosial masing-masing.
Seperti biasa, rekan-rekan guru
di SMP Negeri 8 Toboali sangat
antusias. Mereka yakin bahwa kolaborasi antarguru dalam program kokurikuler ini
mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan berkesadaran,
dengan target dimensi profil pelajar yang komunikatif,
kolaboratif, bernalar kritis, dan kreatif.
Maka, saya tidak ingin
semangat kawan-kawan guru dan upaya anak di program ini sia-sia. Saya mencoba
mendaftarkan diri kembali pada ajang apresiasi GTK 2025 dengan program
Kokurikuler SAKTI: Sarana Refleksi dengan Konten Edukasi. Meskipun inisiasi ini
dari saya selaku koordinator kokurikuler, namun saya ingin kawan-kawan guru yang
setiap harinya berjuang mengurus murid, memvalidasi setiap konten murid,
melakukan penilaian dan selalu percaya bahwa apa yang kami lakukan ada pada
jalur yang benar demi perkembangan anak didik kami ini, saya mengumpulkan semangat
kembali untuk mengikuti kegiatan ini, diwawancarai, dan melakukan presentasi
didepan para pakar pendidikan sebagai juri pada ajang apresiasi GTK ini.
Alhamdulillah, tahun ini kami
berhasil meraih Terbaik Kedua. Terimakasih juga
kami ucapkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Selatan yang telah
memfasilitasi kami untuk mengikuti kegiatan ini dan berkesempatan berkompetisi dengan perwakilan guru kabupaten lainnya, bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bangka Selatan, Bapak Anshori, S.AP.,M.Si. beserta jajaran yang menyempatkan hadir pada malam penganugerahan. Semoga tahun depan semakin
banyak guru Bangka Selatan yang menampilkan karya terbaiknya, bukan untuk
gaya-gayaan atau pamer kemampuan, melainkan untuk mengapresiasi perjuangan kawan-kawan
guru di sekolah masing-masing, kerja keras murid, dan kepercayaan orang tua
yang telah menitipkan pendidikan anak-anaknya kepada kita. Semangat terus untuk para
Guru dan Tenaga Kependidikan Bangka Selatan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar